Allah Maha Kuasa. Jika seseorang sudah merasa terpanggil ke Baitullah, dan Allah menghendaki, maka Kuun Faya Kuun. Langsung terwujud. Tidak memandang status/pekerjaan seseorang.
Kisah menarik ini saya dapatkan di internet (selagi mencari ide untuk menulis di sini). Patut kita jadikan penyemangat agar tekad kita tetap terpelihara untuk segera ke Baitullah.
Berikut kisahnya:
Berhaji adalah ibadah spesial yang tidak semua orang bisa melaksanakannya. Ada persyaratan “istitho’ah” (mampu), baik secara materi (finansial) maupun fisik (kesehatan). Selain istitho’ah, berhaji itu adalah “panggilan”. Orang yang mampu secara materi maupun fisik belum tentu bisa melaksanakan ibadah haji mana kala tidak “terpanggil”.
Ada yang menarik untuk ditelisik dari kisah salah satu calon jamaah haji dari Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara. Adalah Darmin, sosok pria 60 tahun berperawakan ceking yang berprofesi sebagai kuli panggul di Pasar Pagentan yang tergabung dalam kloter 32 SOC. Yang menarik dari Kang Darmin adalah kisah perjuangannya dalam mengumpulkan uang dari hasil kerjanya sebagai kuli panggul sampai dengan dia bisa mendaftar haji.
Ditemui di kediamannya di Desa Pagentan, RT. 03/01, pada Kamis, (9/6) Darmin atau orang setempat lebih populer memanggilnya “Kang Darmin” dengan ramah dan muka berseri menyambut para tamu. Hadir pada kesempatan ini Kasi Bimas Islam Kabupaten Banjarnegara, Ali Mustofa bersama Penyuluh Agama Islam untuk bersilaturahmi di rumah calon haji Kang Darmin.
Ali Mustofa membuka pembicaraan dengan menyampaikan selamat dan memberikan semangat serta saran-saran dalam pelaksanaan ibadah haji nantinya. Selanjutnya pertanyaan-pertanyaan mengalir seputar kisah hidup Kang Darmin yang inspiratif.
“Selamat Buat Pak Darmin atas keberangkatan hajinya tahun ini. Ibadah haji adalah ibadah fisik, mohon untuk dipersiapkan dengan baik. Ilmu-ilmu manasik haji yang telah didapatkan di KBIH maupun manasik haji dari kemenag silakan di pelajari kembali dan dipraktikkan. Pak Darmin adalah salah satu dari jutaan manusia yang beruntung yang terpanggil untuk melaksanakan ibadah haji tahun ini, jalankan dengan sebaik-baiknya. Dan jangan berkecil hati kalau anda hanya seorang kuli panggul, karena di tanah suci semua pangkat dan jabatan akan ditinggalkan”, ungkapnya.
Didampingi istri, anak dan menantunya, Kang Darmin bersemangat ketika menceritakan kisah hidupnya sebagai kuli panggul di pasar.
“Saya menjadi kuli panggul di pasar dimulai sejak umur 12 tahun mengikuti jejak ayah yang juga berprofesi sebagai kuli juga. Mulai dari bayaran seratus rupiah pernah saya alami. Waktu saya muda, bukan hanya di pasar Pagentan saya bekerja menjadi kuli, pasar Batur, bahkan sampai pasar Binangun dan pasar Sampih yang masuk wilayah Kabupaten Wonosobo. Saya orangnya hemat, ketika ada sisa hasil saya bekerja akan saya tabung. Lama-kelamaan tabungan saya cukup, akan tetapi belum sempat terbesit untuk mendaftar haji,” jelasnya.
Minat haji Kang Darmin muncul di tahun 2011 atas dorongan tokoh agama, keluarga, terutama anak semata wayangnya, Suparni. Suparni menceritakan, mulanya sang ayah belum mau mendaftar haji meskipun uang sudah cukup lantaran minder dengan pekerjaannya yang hanya seorang kuli panggul pasar.
“Saya sudah menikah dan sudah ada yang menanggung kehidupan saya, otomatis kebutuhan bapak sudah berkurang. Oleh karenanya saya mendorong keras bapak untuk mendaftar haji. Setelah saya bujuk dan dorongan dari para tokoh agama, akhirnya bapak mau untuk mendaftar haji,” terang Suparni.
Di akhir perbincangan, Ali Mustofa berpesan kepada Kang Darmin untuk tetap menjalankan profesinya bekerja di pasar sepulang haji.
“Nanti setelah pulang haji, jangan gengsi untuk kembali bekerja di pasar selagi fisik masih memungkinkan. Dan kisah Kang Darmin pastinya akan menjadi inspirasi kepada masyarakat bahwa dengan niat kuat disertai usaha dan doa, setiap orang bisa pergi haji jika Allah sudah memanggilnya,” pungkasnya. (az/ak/rf)
Kisah ini diambil dari artikel ini: